SINOPSIS NOVEL SALAH ASUHAN
Judul : SALAH ASUHAN
Pengarang : Abdoel Moeis
Tahun terbit : 1995
Penerbit : Balai Pustaka
Jumlah halaman : 262 halaman
Hanafi, laki-laki muda yang asli orang Minangkabau, berpendidikan
tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang
rendah bangsanya sendiri. Sejak kecil Hanafi berteman dengan Corrie du
Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya, lincah dan menjadi
dambaan setiap pria yang mengenalnya. Karena selalu bersama-sama mereka
pun saling mencintai satu sama lain. Setiap hari mereka berdua bermain
tenis. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa.
Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan
dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun
meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi agar hilanglah perasaan
Corrie kepada Hanafi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk
menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya di
sana.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah
adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai
halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi
dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah
membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena
cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun
terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai
Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi
menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya
orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia
seorang anak laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke
Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie.
Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya
bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih
tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal
dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia,
sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi.
Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang.
Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah
menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi
hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.
Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri
hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.
Dua Tahun sudah terlampaui, Corrie sudah banyak perubahan. Belum
setahun corrie meneruskan sekolahnya di betawi, ayahnya sudah meninggal.
Demi menrima telegram dari Tuan Assisten Residen Solok menyatakan hal
kematian ayahnya itu, Corrie bagai tak dapat dilarai –larai dari pada
sedihnya. Corrie akhirnya memutuskan untuk pergi. Dia mulai membereskan
pakaiannya untuk berangkat ke solok untuk melihat kuburan ayahnya itu.
Tetapi di akhirinya lah keberangkatannya ke solok. Sebab dia tidak
sanggup melihat sendiri kuburan ayahnya karena di solok tidak ada
tempatnya lagi untuk mencurahkan isi hatinya. Akhirnya dia mengirimkan
telegram ke pada Assisten Residen supaya kuburan ayahnya di perlakukan
secara layak. Sampai akhirnya umur Corrie sudah 21 Tahun yang tinggal di
Weeskamer. Akhirnya dia dapat menerima peninggalan dari ayahnya.
Komentar
Posting Komentar